Ü Bagaimana kondisi
sebelum ada gua ? Tanah itu milik siapa ? Lalu, apakah tanah “dihibahkan” ke
gereja ?
Ü Kondisi sebelum ada gua, tempat tersebut menjadi ladang tadah hujan, bila musim hujan tiba peternakan tersebut ditanami padi gogo. Di atas batu yang tanahnya masih sedikit tersisa bila musim hujan tumbuh rerumputan yang subur, sehingga oleh warga sekitar dijadikan tempat mengembalakan kambing.
Tanah yang
dibangun Gua Maria adalah milik keluarga Gito Suwarno, selanjutnya tanah
tersebut akan dihibahkan ke gereja Wedi
untuk tempat ziarah seluas 2088m2.
Ü Semangat dasar apa
hingga “mereka” menginginkan adanya gua ? Siapa tokoh-tokoh itu ?
Mugi Asma Dalem Gusti Kaluhurno, itulah
semangat awal kami untuk mendirikan tempat Ziarah. Tentu hal ini ada latar
belakang yang membuat kami mempunyai kerinduan.
Sejarah awal berdirinya gua Maria, Pertama saudara Yakobus Suroyo
melihat sinar putih kebiru-biruan jatuh dibelakang rumah. Setelah melihat sinar
Suroyo penasaran dengan sinar yang dilihat. Maka untuk melihat apa
sebenarnya sinar itu, setiap pkl
00.00Wib ia berdoa. Berdoa bukan hanya sehari dua hari tapi berbulan-bulan ,
dan akhirnya dalam doaya ia mendapat sebuah jawaban, dalam waktu sekilas ia
melihat adanya bayangan wajah putih bersinar. Dan saat itu ada pesan singkat “Berilah
patung ditempat ini, supaya dengan perantaraan ibu-Ku nama-Ku dikenal”. Boleh dikatakan adanya gua Maria adalah jawaban
sebuah doa. Pengalaman Ini merupakan
pengalaman pribadi tidak harus dipercaya.
Dari pengalaman ini lalu kami glenak-glenik
selanjutnya mau buat apa? Lalu ada teman dari Paroki Wedi Romanus Pambudi
mengusulkan “bagaimana kalau Almarhum Pak Gito Suwarno
diberi penghargaan Beliaukan orang katolik pertama di sengon kerep, apalagi
jasanya sangat besar bagi perkembangan umat dan juga warga sekitar”. Usul demi usul kami tampung dan secara kebetulan Rm Sugiarto SCJ
juga berkunjung ke Sengon Kerep dan mengusulkan “belakang rumahmu itu kalau
diberi Gua Maria sangat bagus” lalu pertanyaan dilemparkan kepada Petrus Cipto
Nlha kowe piye, karena saya paling
senang dengan devosi kepada Bunda Maria ,lalu saya mengatakan buatlah Gua Maria
yang kecil dulu Untuk perintisan. Kalau memang ini kehendak Allah akan
menjadi besar tetapi kalau bukan kehendakNya pasti akan lenyap, tetapi
kenyataanya menjadi besar. Dan mulai saat itulah kami mulai bergerak.
Ü Bagaimana sikap
hirarki ketika itu ?
Ü Dari pengalaman ini lalu kami membicarakan
ke romo paroki untuk minta pendapat dan ada salah satu umat mas Pambudi yang bersedia menyumbang patung Maria ukuran 40 cm dan
diberkati oleh Romo Yanuar Ismadi Pr sebagai romo Rekan diparoki Wedi. Namun
romo paroki tidak bisa merintis karena ada kesibukan lain maka perintisan oleh
romo YR. Susanto SCJ dan Romo Gerardus Zwaard SCJ.
Ü Bagaimana sikap
pemerintah setempat sampai kabupaten ?
Ü pemerintah setempat menyambut positif akan
rencana ini, hal ini terbukti dari surat perizinan yang dikeluarkan pemerintah
desa. Dari awal pembangunan dua kali kami mengadakan syukuran sekaligus sebagai
sosialisasi kepada warga sekitar , dan warga menyambut sangat positif, bahkan
sebagian besar dari pekerja adalah saudara-saudari kita yang muslim, bukan
hanya desa kami tapi yang bekerja sudah antar kelurahan. Dan sosialisasi yang
ketiga ini sosialisasi yang sangat besar, tgl 28 April 2011. Yang diundang
adalh semua warga yang depan rumahnya dilewati peziarah ada dua kelurahan yang
kami undang yakni kel Serut dan Kel Sampang, dari para warga RW-Kecamatan,
kapolsek Koramil Gedangsari kami undang untuk acara sosialisasi ini. Dalam
sambutanya dari Wakil kecamatan mengatakan kami sangat mendukung adanya tempat
ziarah tersebut, bahkan pihak kecamatan berjanji akan mengalokasikan dana tahun
2012 untuk pembangunan jalan menuju tempat ziarah.
Ü Bagaimana PROSES
pembangunan fisik ? Mulai dari babat alas sampai gua dan sebagainya ?
Ü Proses pembangunan fisik sangat lancar hal
ini didukung oleh para donatur yang dengan tulus hati menyumbangkan uangnya
untuk pembangunan ini. keterlibatan semua warga sangat nampak dalam hal ini.
sampaiakhirnya kami mengembangkan sayab jadi bukan hanya
orang katolik saja yang bekerja tapi orang muslimpun kami libatkan. Dalal hal
ini suasana kekeluargaan, kerjasama sangat nampak sekali dalam pembangunan ini.
Pada era 1970-an (kapan persisinya ?) Rm. Santo Seputra,Pr dan Rm
Tjokroatmadja,Pr -- dari Paroki Santa
Perawan Maria (SPM) Bunda Kristus di Wedi, Klaten – sudah mengenal daerah
Sengon Kerep. Mereka berdua datang melakukan pelayanan rohani dan pastoral
kepada umat katolik setempat. Nama Sengon Kerep juga sering disebut-sebut dalam
pengumuman menjelang akhir Misa Ekaristi.Intinya ada hari-hari tertentu kedua
Romo berpastoral ke Sengon Kerep.
Selanjutnya, pelayanan
pastoral kepada umat di Wilayah Sengon Kerep terus berlanjut dan dilakukan oleh
Rm. A. Hantoro Pr, Rm. Harjoyo Pr, Rm. Murdisusanto Pr, Rm. Y. Sukardi Pr, Rm. Priyambono Pr (alm), Rm. Saryanto Pr, Rm.
Purwatma Pr, Rm. Subagya Pr, Rm. Mantoro dan akhirnya sekarang Rm. Bambang
Triantoro Pr, Rm. Juned Pr dan Rm.Bondan Pujadi Pr.
Lalu bagaimana cerita
berikutnya berkenaan dengan Gua Maria Giri Wening ? Adalah Yusup Paimin Gito
Suwarno, warga “asli” Sengon Kerep. Dia orang katolik pertama di dusunnya, yang
sanggup menghantarkan Sengon Kerep menjadi ladang Kristus. Berawal dari
mengenang “jasa perintisan” sekaligus meneruskannya, plus kerinduan OMK (orang
muda katolik) dalam kehidupan beriman, tersentuh untuk membangun tempat
peziarahan.
Rencana pembangunan tempat ziarah disetujui oleh keluarga Gito Suwarno (Y
Suroyo dan R. Pambudi ), dan didukung oleh komunitas Imam-Imam Hati Kudus Yesus
(SCJ) Yogyakarta, serta seluruh umat Sengon Kerep. Langkah pertama dimulai
yaitu babat alas, pada 16
September 2009. Mulai merintis pembangunan tempat ziarah yang
diawali dengan pembuatan jalan setapak menuju lokasi yang akan dibangun tempat doa.
Tentu saja, terlebih
diawali dengan berbagai pertemuan dalam rangka sosialisasi kepada warga
setempat sampai ke tingkat kabupaten.
Foto: sosialisasi rencana pembangunan
Foto: babat alas
Pada 6 November 2009
pukul 19.00 WIB diadakan Misa Kudus yang dipersembahkan oleh Rm. YR. Susanto
SCJ dan Rm. Gerardus Zwaard, SCJ.
Foto: Misa Kudus dipersembahkan Rm Susanto dan Rm Zwaard
Langkah
kedua adalah mengganti patung Bunda Mari. Yang semula tingginya 30 cm, diganti
dengan ukiran batu setinggi 2 meter seberat 1 ton.Bunda Maria diukir di atas
permukaan batu sembari menggendong putra-Nya. Patung itu dibuat oleh
seorang perajin beragama muslim di Muntilan. Bersama umat dan warga sekitar
meski tidak katolik melakukan gotong royong. Mereka menurunkan patung dari truk
dan menggotongnya sampai ke lokasi gua. Dengan penuh perjuangan akhirnya patung
Bunda bisa menempati tempatnya. Disamping itu, umat bersama warga (non Katolik)
telah terjalin erat dan bekerja. Para lelaki memecah batu dan para perempuan
menggendong batu . Batu-batu dibawa ke atas untuk penataan lokasi hingga tampak
indah.
Foto-foto: Patung Bunda dari
bawah lalu dibawa truk, diangkat ke atas.
Foto pria memecah batu
Foto perempuan menggendong batu
Pada
9 Juni 2010 diadakan Misa Kudus yang dipersembahkan Rm.Agustinus Riyanto, SCJ. Pada kesempatan itu, patung
Bunda diberkati dan Romo Riyanto mengganti nama: dari "Watu
Gedhek" menjadi“Taman Maria GIRI
WENING” (Gunung Keheningan).
Foto: Misa bersama Rm Riyanto
“Tempat
ini akan menjadi berkat dan terberkati kalau umat di sini setiap hari
menggunakan tempat ini untuk berdoa”, pesan Rm. Riyanto. Lebih lanjut pesannya,
dalam menata tempat ini kita tetap menyatu dengan alam, memelihara apa yang ada,
dan tidak menebang pohon yang ada. “Keteguhan
dalam iman akan menjadikan kuasa Tuhan semakin kuat bekerja. Kita tetap
menyatukan hati dalam doa dan kasih penuh iman. Tuhan melalui Bunda Maria akan
memberikan yang terbaik bagi umatNya dan dengan kuasaNya mampu mengubah
penderitaan menjadi berkat bagi banyak orang. Tetap semangat dan teguh dalam
iman”, lanjut Rm Riyanto
Sekarang,
para peziarah dari Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, dan
juga dari luar Jawa berduyun-duyung datang ke Giri Wening. Mgr Edmund Woga dari Keuskupan Weetebula
pernah berziarah, dan juga Mgr.Johanes
Pujasumarta , uskup Keuskupan Agung Semarang. Dalam kunjungan Pastoralnya
sempat berkunjung ke Gua Maria Giri Wening.
Foto: Mgr…………………uskup Keuskupan
Weetebula di depan gua
Foto: Mgr Pujasumarta Uskup
Keuskupan Agung Semarang di depan gua
Foto:
Nb yang audiensi dengan bupati Gunungkidul adalah
panitia Pembangunan pada hari Jumat, 9 Maret 2012. Di rumah dinas bupati)
2.
Lingkungan Giri Wening
· Patung Bunda Maria(Foto)
Patung Bunda Maria membopong
putra-Nya, mengapa
memilih seperti itu ? Apa maknanya ?.pemilihan ini terispirasi dari
jawaban sebuah doa lalu saya terjemahkan dalam bentuk patung Maria yang
membobong bayi Yesus. Selama ini kebanyakan patung Maria yang berada ditempat
ziarah adalah Maria Ratu, Maria berdiri sendiri. Maka saya sedikit membuat lain
dari yang lain yaitu Maria Bersatu dengan PuteraNya. karena Maria dan Yesus
bersatu erat dan tak terpisahkan. Dalam patung ini Maria menujukkan kepada kita
pada Hati Kudus PuteraNya. Supaya dengan perantaraanku semua orang mengenal
anakku. Vivat Cor Jesu Per Cor Mariae
(Hiduplah hati Yesus melalui hati Maria)
·
Jalan
Salib(Foto): Uraian sepajang
jalan salib kita akan melihat pemandangan yang indah, batu-batu besar turut
menyemarakan perjalanan salib …………………
·
Golgota(Foto): uraian Pucak
golgota dibuat berbeda dengan yang lain juga.Salib di Golgota tanpa korpus,
saya terinspirasi mengapa akhir jalan salib kita masih merenugkan yesus yang
tersalib.di Giri wening ini kita diajak untuk merenungkan Yesus yang
bangkit.(ada patung kebangkitan) dalam hai ini terinspirasi oleh Injil Yohanes
dimana Golgota, Taman dan kubur letaknya sangat berdekatan (ada Kubur kosong
yang terbuka batunya) ……………………………..
·
Pendopo(Foto): dipakai untuk …istirahat
kadangkala untuk perayaan misa dalam jumlah kecil(untuk
kelomopok-kelompok)……………………………..
·
Kapel(Foto): dipakai setiap hari Sabtu untuk perayaan
Ekaristi umat Sengon Kerep……………………………
·
Ada
yang lain?(Foto-foto)…alm
Gito Suwarno Katolik pertama (dalam bentuk fisik perlu discan)………………………………….
3.
Kesaksian-kesaksian(syukur ada Fotonya)
Sekitar 5-10 orang, dengan RAGAM “mukjizat” yang dialami, misalnya: sembuh
dari penyakit…., akhirnya punya anak, dapat calon suami/istri, menerima
“panggilan hidup” membiara, dan sebagainya.
ü Bapak / Ibu / Sdr: .................................... Apa mujizatNya: ..............................................
ü Bapak / Ibu / Sdr: .................................... Apa mujizatNya: ..............................................
ü Bapak / Ibu / Sdr: .................................... Apa mujizatNya: ..............................................
ü Bapak / Ibu / Sdr: .................................... Apa mujizatNya: ..............................................
ü Bapak / Ibu / Sdr: .................................... Apa mujizatNya: ..............................................
ü Bapak / Ibu / Sdr: .................................... Apa mujizatNya: ..............................................
4. Lokasi
Bila
Anda dari Jakarta atau Bandung menuju ke Jogjakarta, dilanjutkan ke arah
Klaten. Sesampainya di traffic light
(lampu “bangjo”) pertigaan Bendo Gantungan, belok ke KANAN. Sementara itu
sebaliknya, bila Anda dari Surabaya atau Malang menuju ke Solo, dilanjutkan kea
rah Klaten. Sesampainya di traffic light
(lampu “bangjo”) pertigaan Bendo Gantungan, belok ke KIRI.
Perjalanan
dilanjutkan menuju ke arah Pasar Wedi. Setelah melewati Pasar Wedi ada Masjid
Agung Nurul Jami, kalau ke kiri kearah Cawas atau Bayat, tapi Anda ambil yang
lurus sampai menemukan perempatan Desa Gunungan. Dari perempatan itu ambil
jalan yang lurus kearah selatan, sampai mentok
di bawah kaki gunung. Berikut, setelah sampai kaki gunung ambil arah kiri,
daerah ini namanya Jogoprayan, diujung desa tersebut ada pertigaan jalan lurus,
ikuti terus jalan tersebut sampai menemukan desa Sampang. Nah akhirnya, dari
desa Sampang mencari Desa Sengon Kerep, itulah tempatnya Gu Maria Giri Wening.