LARANTUKA
BUAH IMAN
Oleh: Sr. Erna, PRR
Pada tanggal 7 Oktober 2010, Keuskupan Larantuka merayakan 500 tahun keberadaan Tuan Ma
di Keuskupan Larantuka. Suatu perayaan syukur atas perlindungan Bunda Maria bagi umat dalam
Keuskupan ini, perlindungan jasmani dan rohani. Dalam perjalanan 500 tahun ini, bukanlah suatu proses yang singkat dan gampang. Umat di Keuskupan ini mengalami tantangan iman yang kuat, dahsyat, keras dan kejam, baik dari musuh yang kelihatan maupun yang tak kelihatan.
Namun berkat ketekunan iman umat yang terus menerus minta pertolongan dan perlindungan dari
Bunda Maria, maka pantaslah perayaan syukur ini diadakan semeriah mungkin pada saat itu.
dalam permenungan saya selanjutnya saya juga merasa ditantang, karena kalau Tarekat ini adalah
buah dari iman umat, lalu bagaimana kita harus menghidangkan buah ini bagi umat, supaya umat
dapat menikmati buah dari imannya sendiri? 500 tahun proses pertumbuhan iman umat, pada akhirnya menghasilkan buah yakni “Tarekat Putri Reinha Rosari”. Sungguh seperti proses pertumbuhan satu pohon buah, yang mana tuan yang menanam menantikan buahnya. Kini pohon itu telah berbuah. Tinggal bagaimana harus menghidangkan buah ini supaya tetap menjadi sumber kelegaan dalam kehausan dan kelaparan
Buah ini bisa saja dihidangkan dalam berbagai rasa, yang terpenting dapat memberikan kelegaan
bagi yang menikmatinya. Mungkin ada yang menghidangkan dalam bentuk buah mangga yang manis, tentu banyak orang yang suka dan ingin memakannya lagi. Namun ada pula yang menghidangkannya dalam bentuk buah jeruk nipis, sekalipun asam namun banyak pula yang menyukainya, entah dijadikan bumbu, sambal, dll, atau dalam bentuk buah pare, walaupun pahit juga masih banyak orang yang menyukainya.
Atau dalam bentuk buah lombok, sekalipun pedas tapi jangan salah sangka, bawa orang pasti lari
mendekat alias sangat disukai banyak orang. Buah ini dapat menjawabi kebutuhan umat setempat.
Maka marilah kita menghidangkan buah itu dalam pelayanan kita, dimana kita berada sesuai dengan kebutuhan Gereja setempat.
PASTOR GABRIEL MANEK, SVD
Ketika itu ayahnya berada di Tiongkok, dan tak lama kemudian ibunya yang berdarah campuran
Tionghoa itu meninggal dunia. Ia kemudian diadopsi sebagai anak angkat oleh Maria Belak, istri Raja Don Kaitanus da Costa, Raja Kerajaan Tasifero, Belu Utara.
Pada tahun 1920 ia masuk sekolah SD di Halilulik Standart School di Ndona. Kemudian
masuk Seminari di Sikka pada tahun 1927.
Pada tanggal 16 Oktober 1932 ia masuk Novisiat SVD dan sejak 17 Januari 1937 kuliah di
Seminari Tinggi Ledalero dan lulus sebagai angkatan pertama. Kemudian ia ditahbiskan sebagai Imam oleh Mgr. Hendrikus Leven, pada bulan Maret tepatnya pada saat ia berumur 38 tahun.
Paus Pius XII mengangkatnya menjadi Uskup pada tanggal 25 April 1951.
Mgr. Gabriel Manek merupakan Pastor pribumi pertama di Nusa Tenggara Timur,
bersama (Alm) Pastor Karolus Kale Bale, SVD. Ia juga pernah menjadi anggota parlemen
Negara Indonesia Timur, dan juga memangku jabatan Uskup pertama di Larantuka, Flores Timur
dan Uskup Agung Ende. Mgr. Gabriel Manek adalah pendiri Tarekat Suster-suster PRR yang kini biara pusatnya berada di Lebao Larantuka. Ia meninggalkan Ende, Flores pada tahun 1968 ke Amerika Serikat dan langsung ke San Francisco untuk menjalani perawatan..Setelah kesehatannya mulai membaik, ia melayani di Saint Francis Xavier Catholic Japanese Mission dan juga komunitas kaum Negro di Gereja St. Patrick, Ouckland.Mgr. Gabriel Manek meninggal dunia pada tanggal 30 November 1989 dan dimakamkan
di Lakewood, Colorado, Amerika Serikat.Pada bulan April 2007, jenazahnya digali kembali dan dipulangkan ke Indonesia, dan hingga kini disemayamkan dalam Kapela Induk di Biara Pusat Tarekat PRR di Larantuka.Yang mencengangkan adalah ketika digali kembali, jenazahnya dalam keadaan utuh sama seperti waktu mau dimasukkan peti.
KONGREGASI PUTRI REINHA ROSARI (PRR)
Perkenalan Tentang PRR: Kongregasi Putri Reinha Rosari (PRR) didirikan pada tanggal 15 Agustus 1958 di
Larantuka Flores NTT Indonesia oleh Mgr. Gabriel Manek, SVD dan Sr. Anfrida van der Werff,
Sejarah Gereja Keuskupan Larantuka adalah latar belakang berdirinya Kongregasi PRR ini.
Pendiri melihat dan membaca kebutuhan Gereja pada waktu itu, yang mana situasi perkembangan
iman umat sangat membutuhkan pelayanan dan pendampingan para imam. Namun pada waktu itu
pada umumnya tenaga imam masih sangat kurang, sementara penganut agama Katolik semakin
banyak dan perkembangan ini sangat membutuhkan pendampingan. Maka untuk menjawab situasi dan kebutuhan pelayan tersebut, para pendiri mendirikan Kongregasi PRR, untuk berpartisipasi dalam misi Kristus yang terlibat dalam membangun Kerajaan Allah, untuk membawa Kabar Baik kepada orang miskin, orang sakit dan mereka yang Selain itu Kongregasi ini didirikan sebagai tanda syukur kepada Allah untuk kesetiaan dan pemeliharaan-Nya dengan penuh cinta, bagi umat Katolik dalam Keuskupan Larantuka, yang
setia memelihara iman akan Kristus selama kurang lebih dua abad, tanpa pendampingan dari hirarki. Dan syukur atas kesetiaan umat berdevosi pada Bunda Maria dalam kehidupan mereka sehari-hari melalui pendarasan doa rosario.
Para pendiri menempatkan Kongregasi ini di bawah perlindungan Maria, Ratu Rosario,
yang mengikuti Yesus dengan meneladani Maria hamba Allah (Luk 1:26-38).
Maria adalah seorang wanita yang setia mengikuti Yesus sampai di Kalvari, sebagai model dan
teladan bagi kita untuk merenungkan bagaimana harus mengikuti Kristus.
Dengan demikian dalam kehidupan sehari-hari mereka berusaha untuk menjadi ibu dan saudari
bagi mereka yang dijumpai dan dilayani dengan semangat Magnificat dan melayani umat Allah
dengan hati gembira dan sederhana.
Pelayanan kami: Sampai saat ini kami bekerja di Indonesia di 20 Keuskupan, Timor Leste 2 Keuskupan.
Italia 5 Keuskupan, Kenya 4 Keuskupan, Belgia 1 Keuskupan.Di Indonesia kami melaksanakan karya pastoral dengan mengajar agama Kristen di sekolah, mempersiapkan kurus untuk pembaptisan, Komuni pertama dan bimbingan untuk para gadis putus sekolah untuk keterampilan keputrian seperti memasak, menjahit, perkebunan dan Salah satu kerasulan yang nampaknya sederhana dan terlupakan namun wajib dilaksanakan oleh Kongregasi ini yakni mengunjungi keluarga di desa-desa, terutama orang tua yang sakit di rumah mereka yang kurang mendapat perawatan di Rumah Sakit. Selain itu kami juga mengelola sebuah Rumah Sakit lepra untuk penderita kusta dan kami memiliki klinik kesehatan kecil di daerah pedesaan dan taman kanak-kanak.Di Timor Leste sejak tahun 1979, Kongregasi ini mengambil bagian dalam menjawab
kebutuhan Gereja lokal, yakni terlibat dalam pendidikan, pelayanan kesehatan dan kegiatan sosial.
Di Kenya Afrika Timur, PRR hadir sejak Januari 1998. Saat ini kami bekerja dalam 4 Keuskupan, Para suster terlibat dalam kegiatan pastoral komunitas basis dan dalam pelayanan kesehatan di bidang sosial, dengan perhatian khusus terhadap korban AIDS, yatim piatu, janda-janda dan anak-anak.
Di Italia kami bekerja di Keuskupan Reggio Calabria-Bova, ada dua komunitas, yakni
melayani seminari dan lansia. Keuskupan Rossano satu komunitas yang bekerja di rumah
Keuskupan. Keuskupan San Marco satu komunitas yang melayani Seminari kecil dan di
Keuskupan Trento para suster melayani para imam SVD yang jompo. Dan di Keuskupan Roma
adalah rumah student.Sampai saat ini anggota Kongregasi berjumlah 360 yang berkaul kekal, 21 novis, 29
Rumah Formasi ada tiga yakni di Larantuka Indonesia, Liquica Dili Timor Leste dan Eldored
MAUMERE
6 Tempat Menarik di Maumere
Maumere adalah ibu kota Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Sekitar dua jam perjalanan dengan pesawat untuk transit di Denpasar, Bali. Kota yang mayoritas penduduknya nasrani ini pernah dikunjungi Paus Yohanes Paulus II pada 1989. Ada beberapa tempat menarik bila Anda singgah di kota ini.
1. Bukit NiloLetaknya sekitar 5 km dari Maumere. Nama sebenarnya Desa Nilo, bukit Keli. Namun orang menjulukinya Bukit Nilo.Di atas bukit, ada patung Bunda Segala Bangsa, atau patung Maria. Tingginya sekitar 18 meter. Belum termasuk fondasinya yang setinggi 28 meter. Beratnya sekitar 6 ton. Patung ini dibuat pada 2005.Tempat ini tak hanya menjadi wisata religi bagi kaum nasrani. Orang nonnasrani pun datang untuk menikmati panorama indah. Dari atas bukit Nilo, Anda bisa melihat seluruh kota Maumere. Biasanya orang datang untuk melihat matahari terbit di sini.
|
Umat Sampit kelompok ibu Nona + Bpk Markus + Romo Aven pakai Jaket |
2. Gereja Tua Sikka
Bangunan gereja ini sudah bertahan lebih dari satu abad di Sikka Natar. Didirikan pada 1899 oleh misionaris dari tarekat Jesuit dengan bantuan raja Sikka. Bentuk dan corak bangunannya yang tradisional dari abad XVIII-XIX. Dindingnya dihias dengan lukisan motif tenun ikat Sikka.
Di pantai selatan kabupaten sikka, tapatnya di kecamatan Lela terdapat sebuah kampung kecil namanya Kampung sika atau natar sikka. kampung di pesisir pantai ini panjangnya 1 km dengan jumlah penduduk 911 jiwa atau 230 kepala keluarga.
Jarak antara Sikka Natara dengan Maumere ibu kota kabupaten Sikka adalah 27 km. Kampung ini kelihatan sederhana, namun sesungguhnya mempunyai perjalanan sejarah yang sangat berarti karena kampung ini dulu menjadi Pusat Pemerintahan Kerajaan
Sikka pada masa Penjajahan Portugis abad XVI dan Belanda abad XVII.
Kampung Sikka saat ini menjadi sebuah kmapung tujuan wisata yang sering dikunjungi wisatawan domestik maupun manca negara, karena di sana terdapat beberapa opjek wisata menarik di antaranya geraja tua sikka yang telah berusia lebih dari satu abad. gereja tua ini si bangun oleh umat paroki Sikka bersama pastornya asal portugis Y.Engbers SJ pada tahun 1899. pembangunan gereja ini juga tidak terlepas dari peran raja Sikka pada masa itu adalah Yoseph Mbako II Ximenes da Silva yang turut mamotivasi rakyatnya untuk mengembangkan kehidupan rohani; bahkan setiap kali pelantikan
raja selalu berlangsunng di dalam geraja ini. Hal ini menunjukan hubungan erat dan kerjasama yang beik antara pihak pemerintah dan pihak gereja katolik pada masa ini.
Bangunan gereja tua sikka ini memiliki beberapa kekhasan yang menarik, antara lain bentuk dan corak bangunannya yang bergaya arsitektur tradisional eropa dari abad XVIII-XIX. Kedua, dinding dinding tembok bagian dalam di tata dengan lukisan motif2 tenun ikat sikka yang sangat terkenal dipandang mata. Pada usianya yang sudah lebih dari 100 Tahun, gereja tua sikka ini masih berdiri kokoh dan megah di pantai sikka nan indah.
Selain gereja tua, warga kampung sikka juga memiliki beberapa pertunjukan seni budaya yang dapat disuguhkan ke para pengunjung atau wisatawan antara lain TARIAN BOBU yakni sebuah
tarian peninggalan portugis yang biasanya dipertunjukan pada hari raya natal dan tahun baru. Di samping itu, Pengunjung juga dapat menyaksikan peroses tenun ikat teradisonal mulai dari awal hingga menjadi sebuah lembar sarung dengan motif-motifnya indah dan menarik.
|
KUKS Angkatan pertama Perziarah Larantuka |
3. Museum Bikon Blewut
Museum ini yang terbesar di Nusa Tenggara Timur. Letaknya 10 Km dari arah kota Maumere yang berada di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero Kecamatan Nita Kabupaten Sikka. Bikon artinya lampau, blewut artinya sisa-sisa peninggalan masa lampau. Berbagai koleksi peninggalan bersejarah masa lampau ada di sini. Fosil, pakaian adat, perhiasan, benda-benda porselen, alat musik, tenunan, anyaman dan ukiran, dan fauna.
|
Gereja Ledalero |
|
Saksi Bisu Tempat tidur Paus P Yohannes II |
4. Taman Doa Wisung Fatima Lela ( Gua Maria Lela)
Disini perarakan patung dan perayaan ekaristi rutin dirayakan 13 Oktober , dimana umat berdoa sambil duduk di rerumputan atau jalanan semen.
5. Replika BETLEHEM
6. Watubelapi
Watubelapi adalah satu dusun yang warganya membudidayakan kain ikat tenun. Mereka membuat kain ikat tenun secara tradisional, dengan alat pemintal dari kayu. Proses perwarnaan dan pembuatan motifnya pun secara alami dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan. Pembuatan satu kain ikat tenun, melibatkan seluruh perempuan di dusun ini. Di sini, Anda bisa melihat proses pembuatan kain ikat tenun dari awal hingga akhir.