GUA MARIA MAWAR, BOYO LALI
PAROKI Boyolali terletak di antara kota Solo dan Salatiga,
serta Semarang. Rupanya Paroki ini mempunyai harta kekayaan yang tak ternilai
yang berupa Gua Maria, tempat peziarahan bagi umat Katolik yang ingin berdoa
dan berdevosi kepada Bunda Maria. Gua Maria itu terletak di Dusun Tlangu, Desa
Kembangsari, Kecamatan Musuk.
Kurang
lebih 6 km dari Gereja Katolik Boyolali menuju ke arah Barat Daya. Praktis
tidak ada yang menyangka bahwa di daerah yang begitu masuk (pelosok) terdapat
Gua Maria. Pasalnya, di Stasi Musuk itu pun hanya ada 9 KK yang beragama
Katolik. Dan, untuk mencapai ke lokasi peziarah harus berjalan kaki, setelah
kendaraan dititipkan di rumah salah seorang penduduk. Menurut Agustinus Teguh
Tri Kuncoro, Mudika yang menjadi Juru Kunci Gua Maria tersebut, sepeda motor
memang bisa masuk sampai ke dekat lokasi Gua Maria.
Karena
jauh dari keramaian itulah Gua Maria ini justru cocok untuk berdoa ataupun
bermeditasi. Apalagi di sekitar Gua masih banyak pohon yang menjulang tinggi
hingga menambah kesejukan lokasi.
SEJARAH GUA MARIA MAWAR
Dusun
Tlangu, Sambisari, kecamatan Musuk ini tidak akan mengenal ajaran Kristus kalau
saja tidak terjadi clash II (agresi Belanda II) tahun 1948. Sebab, dengan
adanya peristiwa itu membuat beberapa warga Boyolali mengungsi. Salah satu
pengungsi dari Boyolali itu adalah Bapak Poerwoatmodjo. Pak Poer (demikian
panggilan akrabnya) tak lain adalah seorang katekis di Paroki Boyolali. Maka,
sebagai katekis di Tlangu, tempat ia mengungsi, Pak Poer mengajarkan agama
Katolik kepada penduduk setempat. Mereka yang mendapat pelajaran agama Katolik
dari Pak Poer inilah yang kemudian menjadi cikal bakal kekatolikan di Tlangu.
Di antara mereka adalah Bapak Vincentius Karjodikromo yang tak lain adalah
Bapak dari Ketua Stasi Musuk yang sekarang, yaitu Bapak Yohanes Sutarjo.
Sedangkan yang pertama kali menjadi orang Katolik asli Tlangu adalah Bapak
Philipus Surotinoyo. Dialah pencetus pendirian Gua Maria Mawar clan sekaligus
Juru Kunci yang pertama kalinya.
Menurut
Bapak Sutarjo, yang II mantan Kepala Sekolah SD Negeri II Musuk ini, sewaktu
Pak Poer mandi di sungai Tlangu ia melihat seorang wanita cantik sedang berdiri
tanpa menginjak tanah. Oleh Pak Poer wanita cantik itu diyakini sebagai Bunda
Maria, sebab wanita itu tampak seperti pengantin, namun hanya sendirian. Oleh
karena pengalaman itu dan didukung lokasinya yang sejuk dan teduh, serta jauh
dari keramaian Pak Poer merasa cocok kalau di tempat itu dibangun tempat doa
bagi warga.
Demikianlah
di tempat di mana Pak Poer melihat wanita cantik itu mulai digali untuk
membentuk cerukan yang dimaksudkan untuk menempatkan Patung Bunda Maria di
dalamnya agar bisa digunakan untuk membantu umat yang hendak berdoa.
Demikianlah bersama Bapak Philipus Surotinojo dan Bapak Purwodimejo, Pak Poer
menemui Ibu Somotinoyo untuk membeli tanah itu. Ibu Somo pun merelakan tanahnya
seluas 150 m2 itu dibeli dengan harga Rp 50,- (Lima puluh rupiah).
Proses administrasi jual-beli tanah itu pun disaksikan oleh Bapak Wirosuharjo
yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Desa Kembangsari.
Setelah
tanah itu dibeli Romo Hadisudjono yang menjadi Pastor paroki Boyolali waktu itu
pun mendukung. Maka, tanah pun diberkatinya. Dan, tahun 1956 pembuatan gua pun
dimulai. Namun, seiring dengan merosotnya jumlah warga katolik pada tahun 1961
, memudar pula semangat umat dalam membangun gua Maria. Maka, pembangunan Gua
Maria pun terlantar, tak terurus. Maka, tanah sekitar gua pun dipakai penduduk
sekitar untuk bercocok tanam.
AWAL BARU
Semangat
umat untuk peduli pada Gua Maria hidup lagi pada tahun 1978. Berkat pelayanan
Romo A. Endrokaryono MSF dan Bruder Thomas Praktinyo Kumoro MSF, serta Frater
Parso Subroto MSF (Kini Sekjen Keuskupan Agung Semarang) serta beberapa tokoh
Katolik lainnya umat Stasi Musuk mulai hidup lagi semangat imannya. Mengingat
kebutuhan umat akan sarana berdoa, maka Romo A. Endrokaryono MSF lantas
mengusahakan agar lokasi tanah sekitar gua Maria yang terbengkelai ditambah
lagi luasnya. Kemudian, pembangunan gua pun dilanjutkan kembali. Syukur, bahwa
pemilik tanah pun masih merelakan tanahnya sebagian dibeli untuk perluasan
lokasi gua Maria, yaitu seluas 200 m2 dengan harga Rp 50.000,- (Lima
puluh ribu rupiah).
Akhirnya,
Gua Maria pun selesai dibangun dan diberkati serta diresmikan penggunaannya
oleh Rm. A. Endrokaryono MSF pada tanggal 25 Agustus 1982. Dan, ditetapkan nama
Gua Maria itu adalah Gua Maria Mawar. Nama "Mawar" dipilih selain
karena di lokasi itu banyak tumbuh pohon mawar juga karena Mawar itu harum
semerbak baunya sehingga pantas dipakai untuk melambangkan keharuman nama
Bunda Maria.
Tempat
peziarahan gua Maria Mawar sering didatangi oleh orang-orang dari berbagai
daerah untuk meditasi dan berdoa. Jalan yang dilalui untuk menuju lokasi
peziarahan melewati ladang-ladang milik penduduk setempat yang mayoritas
bukan Kristiani, tetapi memiliki rasa toleransi yang tinggi. Mereka dengan
senang hati memberikan jalan bagi peziarah yang melakukan jalan salib bahkan
tak jarang menawarkan minuman untuk sekadar melepas dahaga setelah pulang dari
ziarah.
Tempat
ini adalah aset rohani yang tak ternilai yang dimiliki Paroki Boyolali. Dengan
kesederhanaan alami dari lereng Gunung Merapi, mencerminkan kesederhanaan Bunda
Maria yang patut dibanggakan. Maka, sudah selayaknya Gua Maria itu dijaga clan
dirawat agar dapat lebih memupuk iman dengan menunjukkan bakti kita pada Bunda
Maria, Sang Mawar yang gaib.
STATUS TANAH MENJADI KENDALA
Namun
sayang, Gua Maria Mawar sebagai tempat ziarah hingga saat ini belum dapat
berkembang maksimal sebagai aset rohani bagi umat Paroki Boyolali. Pasalnya,
masih ada ganjalan yang tidak bisa dianggap remeh, yaitu menyangkut status
tanah lokasi Gua Maria tersebut. Pembelian tanah yang hanya dilakukan di bawah
tangan itu tidak bersertifikat. Pada waktu Bapak Y Sugiri menjabat Camat Musuk
(tahun 1995) bersama dengan Bapak Brotosuseno (katekis) telah borusaha
semaksimal mungkin agar tanah itu dapat menjadi hak guna bangunan (HGB) milik
umat Katolik. Namun, hingga sekarang hak itu belum dapat terwujud. Ini menjadi kendala apabila akan
diadakan pembangunan gua tersebut. Menurut Bapak Yohanes Sutardjo (Ketua Stasi
Musuk) ganjalannya terletak pada status tanah. Maksudnya, tanah yang digunakan
sebagai lokasi Gua Maria itu adalah tanah Tarok". Artinya, tanah itu bisa
disertifikatkan bila dibeli seluruhnya. Padahal satu patok luasnya 9 hektar,
sedang areal lokasi Gua Maria sendiri hanya sekitar 350 m2. Maka,
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, tempat tersebut hanya
dibiarkan apa adanya tanpa menambah bangunan apa pun. Hanya sesekali saja
dibersihkan oleh umat sekitar dan kadang Mudika Paroki pun ikut kerja bakti
membersihkan lokasi sekitar Gua Maria. Umat Paroki dan umat stasi Musuk
khususnya masih tetap berharap suatu saat nanti masalah tersebut dapat
terpecahkan sehingga dapat menggunakan tempat peziarah tersebut dengan perasaan
yang lega dan aman. Syukur-syukur di tempat tersebut dapat dibangun lagi tempat
yang Iebih pantas untuk Bunda Maria. Untuk itulah sebetulnya kepedulian dari
Paroki dan bantuan pihak-pihak yang kompeten sangat dibutuhkan agar status
tanah Gua Maria Mawar ini dapat segera diselesaikan.
DOA KEPADA BUNDA MARIA, PENOLONG UMAT
Santa Perawan Maria yang amat suci, bunga Mawar
yang ajaib, dan yang terkandung tanpa noda dosa, Bunda kami yang lembut dan
penolong yang ulung bagi segenap umat Kristiani, kami menyerahkan diri kami
sepenuhnya kepada cintakasih dan pelayanan sucimu. Kami mempersembahkan
kepadamu pikiran, perasaan, hati dan seluruh perasaan kami,
dan segenap jiwa raga kami dan seluruh kekuatan kami. Kami
berjanji untuk lebih giat bekerja demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan
jiwa-jiwa. Anugerahilah kami, yo Bunda Maria, bantuanmu, untuk disatukan di
bawah perlindungan kasih keibuanmu.
Semoga pikiran akan kasihmu melahirkan devosi di kalangan putera puterimu menjadi sumber kekuatan yang besar bagi kami dan membuat kami menjadi pemenang atas musuh-musuh jiwa kami, baik dalam kehidupan maupun kematian, sehingga kami dapat menghadap hadiratNya di sorga abadi bersamamu dalam kesatuan Puteramu, Tuhan kami Yesus Kristus, kini dan sepanjang masa. Amin.
Semoga pikiran akan kasihmu melahirkan devosi di kalangan putera puterimu menjadi sumber kekuatan yang besar bagi kami dan membuat kami menjadi pemenang atas musuh-musuh jiwa kami, baik dalam kehidupan maupun kematian, sehingga kami dapat menghadap hadiratNya di sorga abadi bersamamu dalam kesatuan Puteramu, Tuhan kami Yesus Kristus, kini dan sepanjang masa. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar