Kamis, 24 Juli 2014

GUA MARIA KEREP Ambarawa

GUA Maria Kerep dibangun pada tahun 1954 sebagai wujud kerinduan umat Paroki Santo Yusuf Ambarawa untuk mendekatkan diri pada Tuhan dengan perantaraan Bunda Maria. Pembangunannya dipelopori oleh para Bruder Jesuit dan didukung oleh Romo J. Reijnders Sj, pastor paroki Santo Yusuf Ambarawa. Semula para biarawan itu tinggal di Yogyakarta. Mereka hijrah ke Muntilan pada 1948 sebelum menetap di Kerep, Ambarawa. Pada tahun 1960, bruderan pindah ke Salatiga. Dengan bantuan siswa SGB,
mereka mengumpulkan batu demi batu hingga akhirnya ber­diri Gua Maria Kerep. Bangunan itu diresmikan oleh MgrAlbertus Soegijapranata SJ pada 15 Agus­tus 1954.
Lokasi Gua Maria Kerep ditemukan oleh Pastor Lukas Koersen SJ, direktur para Bru­der Apostolik dan Pastor Kester SJ. Letaknya di kebun Bruderan. Lokasi itu tidak terlalu istimewa, tetapi sangat cocok untuk tempat ziarah. Tidak lama setelah itu, gua Maria dibangun di lokasi yang ditunjukkan oleh kedua pastor tersebut. Sebelumnya, umat setempat berziarah ke Sen­dang Sriningsih, Wedi Klaten. Sejak diresmikan pada tahun 1954, gua ini ramai didatangi para peziarah.
Pada tahun 1981, Gua Maria Kerep direnovasi ber­kat dukungan Keluarga Lo Thiam Siang alias Bapak Bedjo Ludiro dari Juana, yang baru saja berziarah ke Gua Lour­des, Perancis. Keluarga i bersyukur kepada Tuhan terkabulnya doa mereka bagi kesembuhan sang istri dari penyakit lumpuh. Gua ini dibangun mirip Gua Maria Lourdes. Upacara pemberkatan dilakukan pada 4 Oktober 1981 oleh Uskup Agung Semarang saat itu justinus Kardinal Darmojuwono.
Seiring dengan besarnya jumlah umat untuk berziarah ke Gua Maria Kerep, Uskup Agung Semarang Mgr. Julius Darmaatmaja SJ pada tahun 1992 membentuk Panitia Pembangunan Gua Maria Kerep untuk melakukan renovasi tambahan dan membangun beberapa fasilitas pendukung untuk kegiatan rohani (rekoleksi, retret dan ,pertemuan rohani lainnya). Juga dibangun stasi-stasi jalan salib di antara pepohonan yang rindang sepanjang musim. Di kompleks gua ini juga terdapat makam Pendiri Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Ibu Maria Soelastri Soejadi Darmoseputro, yang wafat pada 8 September 1975.
Dewasa ini halaman Gua Maria Kerep bisa menampung sekitar 3.000 umat. Yang berziarah ke sini bukan hanya umat Katolik, melainkan juga umat agama lain. Bagi umat Katolik, keberadaan Gua Maria Kerep tidak hanya sekadar sebagai tempat untuk berziarah dan berdoa. Kehadiran gua tersebut erat kait­annya dengan sejarah perkembangan agama Katolik di Jawa Tengah. Daerah ini merupakan salah satu pusat per­kembangan agama Ka­tolik di daerah ini.

DOA KEPADA SANTA PERAWAN MARIA YANG TERKANDUNG TANPA NODA
Ya Santa Perawan Maria yang bersih tan pa noda dosa, Bunda yang penuh rahmat, engkaulah Bunda Puteramu yang tak berdosa, Tuhan semesta alam yang mahakuasa, engkau yang mahakuasa dan serentak suci, harapan mereka yang putus asa dan kaum pendosa, kami
mengidungkan madah pujian bagimu. Kami menyembahmu, sebagai
yang penuh rahmat, engkau yang melahirkan Allah-manusia kami semua bersembah sujud di hadapanmu; kami memohon kepadamu dan memohon dengan sangat bantuanmu. Tolonglah segera kami ini, ya Santa Perawan Maria yang suci dan tak bernoda dari setiap kebutuhan yang menekan kami dari semua pencobaan si jahat. Jadilah pengantara kami dan pembela kami pada saat kami menyongsong kematian dan saat kami menghadap pengadilan atas diri kami; bebaskanlah kami dari api yang tak kunjung padam dan dari kegelapan; buatlah kami pantas demi kemuliaan Puteramu ya Santa Perawan Maria, Bunda yang amat pengasih. Engkau sungguh satu­satunya harapan kami yang paling kami andalkan dan yang suci di hadapan Allah, kepadamulah hormat dan kemuliaan, keagungan dan kekuasaan, dari segala masa sampai selama-lamanya. Amin.

ROSARIO MINI
Salah satu keunikan Gua Maria Dikandung Tanpa Noda Kerep adalah apa yang disebut "rosario mini", yang diimani memiliki kekuatan untuk mengabulkan satu dari tiga ujud doa yang disampaikan. Sepanjang bulan Mei dan Oktober gua ini selalu ramai dikunjungi umat. Selain itu, pada minggu kedua setiap bulan ribuan umat memadati gua ini untuk memanjatkan doa Novena serta merayakan Ekaristi di altar samping gua Maria.

JALAN SALIB
Salah satu ibadat yang paling berkesan di Gua Maria Kerep adalah prosesi jalan Salib. Perarakan selalu dimulai dari halaman Gereja Paroki Santo Yusup. Prosesi ini akan berakhir di altar Gua Maria. Biasanya, prosesi ditutup dengan perayaan Ekaristi. Setiap perayaan Ekaristi rata-rata dihadiri sedikitnya 6.000 umat dari berbagai kota.

KESAKSIAN:
Ada Energi
Sudah banyak orang yang merasakan keistemewaan tanah di sekitar gua Maria ini. Menurut mereka yang bisa merasakan kekuatan alam, dilokasi gua Maria ini ada ether yang bisa membangkitkan energi. Konon bagi mereka yang merasa tidak bertenaga lagi, bisa menimba energi di sini, sehingga tubuhnya yang loyo bisa segar kembali. Tapi dari segi iman, mereka yang ingin memohon agar sembuh dari penyakit, konon bisa sembuh. Yustinus Sukardjo, salah seorang anggota Tim Pengelola Gua Maria Kerep mengisahkan keajaiban yang pernah dialami oleh seorang ibu yang bayinya sudah divonis mati dalam kandungan. Ternyata setelah berdoa di sini, ada tanda-tanda kehidupan pada janin tersebut. Kini anak perempuan tersebut malah sudah bersekolah di SD.

Namun, lebih penting daripada kehidupan dan kesembuhan fisik adalah dengan berdevosi kepada Bunda Maria di gua Maria Kerep ini banyak orang mengalami kesembuhan rohani dan kehidupan iman, harapan, dan kasih yang luar biasa. Ini yang lebih membawa orang lain pada pengenalan akan kasih Tuhan yang luar biasa: yang menyembuhkan dan menyelamatkan.


Di Taman Gesmani 



Ziarah bulan Oktober 2013
Ziarah bulan Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar