Sabtu, 26 Juli 2014

GUA MARIA JATININGRUM BANYUWANGI


Gua Maria Jatiningrum, Curahjati dibangun pada tahun 1954/1955. Gua ini diberkati oleh Mgr. AEJ. Albers, O. Carm pada tanggal 15 Agustus 1956.
Semula gua ini dikenal dengan nama Gua Maria Waluyaning Tiyang Sakit. Kemudian namanya diganti menjadi Gua Maria Jatiningrum.
Gua Maria Jatiningrum berada di Dusun Curahjati, Desa Grajagan, Kabupaten Banyuwangi bagian selatan.
Dalam wilayah gerejani, dusun Curahjati termasuk wilayah Paroki Ratu Para Rasul Curahjati, Keuskupan Malang.Paroki ini merupakan salah satu dari tiga Paroki yang ada di Kabupaten Banyuwangi (Paroki Banyuwangi dan Paroki Genteng) yang merupakan cikal bakal dari Keuskupan Malang.
            Perkembangan gereja di daerah ini berawal pada tahun 1925 dengan kedatangan orang-orang Katolik asal Boro, Kalibawang dan Kulonprogo.Beberapa dari mereka adalah orang-orang Katolik yang dipermandikan di Sendangsono pada tahun 1924. Empat tahun kemudian, tepatnya pada 12 Januari 1928, terjadi permandian pertama di Curahjati yang dilakukan oleh Pastor Emanuel Stutient, O. Carm.
Gua Maria Jatiningrum merupakan salah satu buah iman dari umat Katolik di daerah ini.

KESAKSIAN
            Pada tahun 1956, saya, Romo Borggreve, O. Carm menetap di Paroki Ratu Para Rasul Curahjati, Banyuwangi. Menurut saya sebagai Pastor Paroki, Bunda Maria harus dihormati. Dan kebetulan di dekat gereja ada sungai dan tanah misi.Demikianlah saya bersama umat Curahjati mengangkuti batu dari sungai itu untuk membangun gua Maria di tanah misi tersebut.
            Berkat bantuan keluarga Van Prehn di Glenmor dan dukungan tokoh-tokoh umat, antara lain Bapak Karto Riyadin, seorang guru agama, berhasil dibangun gua Maria yang patungnya didatangkan dari Yogyakarta.
Dan pada tahun 1956 itu juga Mgr. Albers, O. Carm, Bapak Uskup waktu itu, berkenan memberkati gua Maria itu sebagai tempat devosi kepada Bunda Maria bagi umat setempat dan dari Paroki di sekitarnya.
Demikianlah sejak saat itu setiap tahun diadakan prosesi Sakramen Mahakudus.
Biasanya mulai dari gereja diiringi doa dan nyanyian.Prosesi sendiri berawal dari gereja lalu berkeliling sampai ke sawah-sawah dan kembali ke gereja lagi. Sungguh luar biasa penghormatan umat terhadap Yesus dalam Sakramen Mahakudus waktu itu.

KESAKSIAN HIDUP UMAT CURAHJATI
            Memang belum diperoleh kesaksian pribadi berkenaan dengan Gua Maria Jatiningrum. Namun kesaksian hidup tidak kalah penting dan menariknya.Umat Katolik di ujung selatan Jawa Timur ini memiliki basis budaya yang sama dengan umat lainnya, yaitu sebagai petani. Ada juga umat yang bekerja di sector non-pertanian, seperti guru atau pegawai negeri lainnya, namun jumlahnya amat sedikit.
            Kesamaan latar belakang budaya ini membuat persaudaraan diantara umat beragama di daerah ini justru menjadi erat. Tak ada syak wasangka dan curiga yang bukan-bukan di kalangan masyarakat Curahjati. Maka mereka terbebas dari rasa takut karena hubungan satu sama lain sangat baik.Hidup mereka pun tenang-tenang saja.“Perbedaan agama dan keyakinan tidak pernah membuat jarak antara satu dengan yang lainnya, tradisi gotong royong sangat kuat diantara kami” ungkap Paulus Sadjimin, tokoh umat dan katekis tunggal di Paroki Curahjati.
            Misalnya umat di Wringinpitu yang merupakan salah satu stasi Paroki Curahjati. Pada saat Lebaran kerukunan hidup itu tergambar lewat kegiatan umat. Baik umat Islam maupun Katolik sama-sama sibuk mempersiapkan Lebaran dengan membuat kue dan jajanan.Tak peduli apa pun agamanya, semuanya saling berkunjung memohon maaf lahir dan batin dan mengucapkan Sugeng Riyadi (=Selama Hari Raya). Untuk acara silahturahmi ini tak kurang butuh waktu 3 hari.“Itu memang sudah jadi tradisi di sini” ungkap Petrus Daliman, Ketua Stasi Wringinpitu.Demikian juga bila tiba Hari Raya Natal. Semua warga masyarakat berduyun-duyun ke rumah keluarga kristiani untuk menyampaikan Selamat Natal.

DOA KEPADA MARIA, BUNDA YANG TAK BERCELA HATINYA
            Bunda Maria, Perawan yang amat manis, Bunda yang berbelas kasih, Ratu Surga dan pengungsian bagi para pendosa, kami mempersembahkan kepadamu keberadaan kami dan seluruh hidup kami; semua yang kami miliki, semua yang kami kasihi, seluruh keadaan kami.Kami mempersembahkan kepadamu tubuh kami, hati kami, jiwa kami, rumah kami, keluarga kami, negara kami.Inilah harapan kami bahwa setiap hal dalam diri kami, setiap hal di sekitar kami menjadi milikmu dan kami boleh ikut serta merasakan kehangatan rahmat kasih keibuanmu.Dan semoga persembahan ini benar-benar berguna dan abadi, dan kami perbaharui kembali saat ini di bawah kakimu, ya Bunda Maria, janji baptis kami dan janji komuni pertama kami.Kami pun berjanji dengan mantap untuk selalu membela kebenaran iman kami yang suci, untuk hidup sebagai orang Katolik yang penuh dan setia kepada seluruh petunjuk ajaran Bapa Suci dan Bapa Uskup. Amin.


Umat Makasar Juni 2014

Umat Makasar 2013

Gabungan Umat di KUKS November 2013





Tidak ada komentar:

Posting Komentar