Sabtu, 26 Juli 2014

Gua Maria MAWAR Bonyolali

GUA MARIA MAWAR, BOYO LALI
PAROKI Boyolali terletak di antara kota Solo dan Salatiga, serta Semarang. Rupanya Paroki ini mempunyai harta kekayaan yang tak ternilai yang berupa Gua Maria, tempat peziarahan bagi umat Katolik yang ingin berdoa dan berdevosi kepada Bunda Maria. Gua Maria itu terletak di Dusun Tlangu, Desa Kembangsari, Kecamatan Musuk.
Kurang lebih 6 km dari Gereja Katolik Boyolali menuju ke arah Barat Daya. Praktis tidak ada yang menyang­ka bahwa di daerah yang begitu masuk (pelosok) terdapat Gua Maria. Pasalnya, di Stasi Musuk itu pun hanya ada 9 KK yang beragama Katolik. Dan, untuk mencapai ke lokasi peziarah harus berjalan kaki, setelah kendaraan dititipkan di rumah salah seorang penduduk. Menurut Agustinus Teguh Tri Kuncoro, Mudika yang menjadi Juru Kunci Gua Maria tersebut, sepeda motor memang bisa masuk sampai ke dekat lokasi Gua Maria.
Karena jauh dari keramaian itulah Gua Maria ini justru cocok untuk berdoa ataupun bermeditasi. Apalagi di sekitar Gua masih banyak pohon yang menjulang tinggi hingga menambah kesejukan lokasi.

SEJARAH GUA MARIA MAWAR
Dusun Tlangu, Sambisari, kecamatan Musuk ini tidak akan mengenal ajaran Kristus kalau saja tidak terjadi clash II (agresi Belanda II) tahun 1948. Sebab, dengan adanya peristiwa itu membuat beberapa warga Boyolali mengungsi. Salah satu pengungsi dari Boyolali itu adalah Bapak Poerwoatmodjo. Pak Poer (demikian panggilan akrabnya) tak lain adalah seorang katekis di Paroki Boyolali. Maka, sebagai katekis di Tlangu, tempat ia mengungsi, Pak Poer mengajarkan agama Katolik kepada penduduk setempat. Mereka yang mendapat pelajaran agama Katolik dari Pak Poer inilah yang kemudian menjadi cikal bakal kekatolikan di Tlangu. Di antara mereka adalah Bapak Vincentius Karjodikromo yang tak lain adalah Bapak dari Ketua Stasi Musuk yang sekarang, yaitu Bapak Yohanes Sutarjo. Sedangkan yang pertama kali menjadi orang Katolik asli Tlangu adalah Bapak Philipus Surotinoyo. Dialah pencetus pendirian Gua Maria Mawar clan sekaligus Juru Kunci yang pertama kalinya.
Menurut Bapak Sutarjo, yang II mantan Kepala Sekolah SD Negeri II Musuk ini, sewaktu Pak Poer mandi di sungai Tlangu ia melihat seorang wanita cantik sedang berdiri tanpa menginjak tanah. Oleh Pak Poer wanita cantik itu diyakini sebagai Bunda Maria, sebab wanita itu tampak seperti pengantin, namun hanya sendirian. Oleh karena pengalaman itu dan didukung lokasinya yang sejuk dan teduh, serta jauh dari keramaian Pak Poer merasa cocok kalau di tempat itu dibangun tempat doa bagi warga.
Demikianlah di tempat di mana Pak Poer melihat wanita cantik itu mulai digali untuk membentuk cerukan yang dimaksudkan untuk menempatkan Patung Bunda Maria di dalamnya agar bisa digunakan untuk membantu umat yang hendak berdoa. Demikianlah bersama Bapak Philipus Surotinojo dan Bapak Purwodimejo, Pak Poer menemui Ibu Somotinoyo untuk membeli tanah itu. Ibu Somo pun merelakan tanahnya seluas 150 m2 itu dibeli dengan harga Rp 50,- (Lima puluh rupiah). Proses administrasi jual-beli tanah itu pun disaksikan oleh Bapak Wirosuharjo yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Desa Kembangsari.
Setelah tanah itu dibeli Romo Hadisudjono yang menjadi Pastor paroki Boyolali waktu itu pun mendukung. Maka, tanah pun diberkatinya. Dan, tahun 1956 pembuatan gua pun dimulai. Namun, seiring dengan merosotnya jumlah warga katolik pada tahun 1961 , memudar pula semangat umat dalam membangun gua Maria. Maka, pembangunan Gua Maria pun terlantar, tak terurus. Maka, tanah sekitar gua pun dipakai penduduk sekitar untuk bercocok tanam.

AWAL BARU
Semangat umat untuk peduli pada Gua Maria hidup lagi pada tahun 1978. Berkat pelayanan Romo A. Endrokaryono MSF dan Bruder Thomas Praktinyo Kumoro MSF, serta Frater Parso Subroto MSF (Kini Sekjen Keuskupan Agung Semarang) serta beberapa tokoh Katolik lainnya umat Stasi Musuk mulai hidup lagi semangat imannya. Mengingat kebutuhan umat akan sarana berdoa, maka Romo A. Endrokaryono MSF lantas mengusahakan agar lokasi tanah sekitar gua Maria yang terbengkelai ditambah lagi luasnya. Kemudian, pembangunan gua pun dilanjutkan kembali. Syukur, bahwa pemilik tanah pun masih merelakan tanahnya sebagian dibeli untuk perluasan lokasi gua Maria, yaitu seluas 200 m2 dengan harga Rp 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah).
Akhirnya, Gua Maria pun selesai dibangun dan diberkati serta diresmikan penggunaannya oleh Rm. A. Endrokaryono MSF pada tanggal 25 Agustus 1982. Dan, ditetapkan nama Gua Maria itu adalah Gua Maria Mawar. Nama "Mawar" dipilih selain karena di lokasi itu banyak tumbuh pohon ma­war juga karena Mawar itu harum semerbak baunya sehingga pantas dipakai untuk melambangkan keha­ruman nama Bunda Maria.
Tempat peziarahan gua Maria Mawar sering dida­tangi oleh orang-orang dari berbagai daerah untuk me­ditasi dan berdoa. Jalan yang dilalui untuk menuju lokasi peziarahan melewati ladang-­ladang milik penduduk se­tempat yang mayoritas bukan Kristiani, tetapi memiliki rasa toleransi yang tinggi. Mereka dengan senang hati memberikan jalan bagi peziarah yang melakukan jalan salib bahkan tak jarang menawarkan minuman untuk sekadar melepas dahaga setelah pulang dari ziarah.
Tempat ini adalah aset rohani yang tak ternilai yang dimiliki Paroki Boyolali. Dengan kesederhanaan alami dari lereng Gunung Merapi, mencerminkan kesederhanaan Bunda Maria yang patut dibanggakan. Maka, sudah selayaknya Gua Maria itu dijaga clan dirawat agar dapat lebih memupuk iman dengan menunjukkan bakti kita pada Bunda Maria, Sang Mawar yang gaib.

STATUS TANAH MENJADI KENDALA
Namun sayang, Gua Maria Mawar sebagai tempat ziarah hingga saat ini belum dapat berkembang maksimal sebagai aset rohani bagi umat Paroki Boyolali. Pasalnya, masih ada ganjalan yang tidak bisa dianggap remeh, yaitu menyangkut status tanah lokasi Gua Maria tersebut. Pembelian tanah yang hanya dilakukan di bawah tangan itu tidak bersertifikat. Pada waktu Bapak Y Sugiri menjabat Camat Musuk (tahun 1995) bersama dengan Bapak Brotosuseno (katekis) telah borusaha semaksimal mungkin agar tanah itu dapat menjadi hak guna bangunan (HGB) milik umat Katolik. Namun, hingga sekarang hak itu belum dapat terwujud. Ini menjadi kendala apabila akan diadakan pembangunan gua tersebut. Menurut Bapak Yohanes Sutardjo (Ketua Stasi Musuk) ganjalannya terletak pada status tanah. Maksudnya, tanah yang digunakan sebagai lokasi Gua Maria itu adalah tanah Tarok". Artinya, tanah itu bisa disertifikatkan bila dibeli seluruhnya. Padahal satu patok luasnya 9 hektar, sedang areal lokasi Gua Maria sendiri hanya sekitar 350 m2. Maka, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, tempat tersebut hanya dibiarkan apa adanya tanpa menambah bangunan apa pun. Hanya sesekali saja dibersihkan oleh umat sekitar dan kadang Mudika Paroki pun ikut kerja bakti membersihkan lokasi sekitar Gua Maria. Umat Paroki dan umat stasi Musuk khususnya masih tetap berharap suatu saat nanti masalah tersebut dapat terpecahkan sehingga dapat menggunakan tempat peziarah tersebut dengan perasaan yang lega dan aman. Syukur-syukur di tempat tersebut dapat dibangun lagi tempat yang Iebih pantas untuk Bunda Maria. Untuk itulah sebetulnya kepedulian dari Paroki dan bantuan pihak-pihak yang kompeten sangat dibutuhkan agar status tanah Gua Maria Mawar ini dapat segera diselesaikan.

DOA KEPADA BUNDA MARIA, PENOLONG UMAT

Santa Perawan Maria yang amat suci, bunga Mawar yang ajaib, dan yang terkandung tanpa noda dosa, Bunda kami yang lembut dan penolong yang ulung bagi segenap umat Kristiani, kami menyerahkan diri kami sepenuhnya kepada cintakasih dan pelayanan sucimu. Kami mempersembahkan kepadamu pikiran, perasaan, hati dan seluruh perasaan kami, dan segenap jiwa raga kami dan seluruh kekuatan kami. Kami berjanji untuk lebih giat bekerja demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa. Anugerahilah kami, yo Bunda Maria, bantuanmu, untuk disatukan di bawah perlindungan kasih keibuanmu.
Semoga pikiran akan kasihmu melahirkan devosi di kalangan putera­
puterimu menjadi sumber kekuatan yang besar bagi kami dan membuat kami menjadi pemenang atas musuh-musuh jiwa kami, baik dalam kehidupan maupun kematian, sehingga kami dapat menghadap hadiratNya di sorga abadi bersamamu dalam kesatuan Puteramu, Tuhan kami Yesus Kristus, kini dan sepanjang masa. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar