Sabtu, 26 Juli 2014

GUA MARIA LOURDES PUH SARANG KEDIRI


            Gua Maria Lourdes Puh Sarang terletak di Kecamatan Semen, sekitar 10 km sebelah barat Gunung Klotok (di lereng Gunung Wilis), Kediri.
Gereja Puh Sarang berdiri pada tahun 1936.
Arsitektur bangunannya unik karena dibangun seperti Candi pada zaman Majapahit.
Arsitektur Gereja ini merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa dan tradisional Hindu.
            Salah seorang tokoh yang berjasa dalam pembangunan gereja ini adalah arsitek Belanda kelahiran Jatinegara, Ir. Maclaine Pont (1884-1971), yang sangat tertarik pada peninggalan Kerajaan Majapahit. Itulah sebabnya Gereja Puh Sarang bercorak Majapahit.
            Gereja Puh Sarang merupakan salah satu tempat ziarah terkemuka di Jawa Timur. Puh Sarang menjadi tempat ziarah yang unik karena di kawasan ini terdapat 5 (lima) obyek ziarah, yaitu gereja berarsitektur klasik (candi), tiga patung Bunda Maria, tiga jalan salib, tiga Pondok Rosario dan Gua Maria Lourdes.
            Tata letak kompleks Puh Sarang merupakan usaha untuk menampilkan iman kristiani dan tempat ibadat Katolik dalam budaya local.
Selain model bangunannya , di dalam Gua Maria Lourdes juga terdapat tulisan  dalam bahasa Jawa yang artinya: Bunda Maria, yang terkandung tanpa noda asal, semoga berkenan merestui aku yang datang berlindung kepadamu.
Sejak diresmikan pada tahun 1975, tempat ini selalu ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah, khususnya setiap Malam Jumat Legi.

GEREJA PUH SARANG
            Gereja Puh Sarang kalau dilihat dari jauh, mirip dengan perahu (bahtera) Nuh, tetapi juga dapat dilihat seperti bentuk rumah adapt Minangkabau atau rumah yang biasa dipakai masyarakat Batak Toba.
Keindahan Gereja Puh Sarang justru terletak pada bagian interiornya yang unik.
Relief yang dibuat pada bahan dari bata mirip dengan relief yang biasa terdapat pada candi-candi zaman Majapahit.
Altar terbuat dari batu masif yang beratnya 7 ton dan berpahat gambar rusa yang melambangkan umat yang telah dibaptis dan calon baptis (katekumen).
            Gereja ini terdiri dari 2 (dua) bangunan dengan interior unik dan klasik.
Bangunan pertama merupakan bangunan Gereja Sakral, yang memiliki altar dan sakramen untuk umat yang telah dibaptis.
Di dalam gereja juga terdapat relief batu tentang lambang-lambang para penulis Injil, altar, tabernakel, bejana, permandian, sakristi dan tempat pengakuan dosa yang didesain dengan gaya klasik.
            Pada atap gereja yang berbentuk kubah dengan sisi berupa jendela kaca prisma, di bagian atasnya dipasang Salib. Pada ujung atap terdapat gambar empat pengarang Injil.
Bangunan kedua merupakan pendopo para calon baptis.
            Salah satu kekhasan dari Gereja Puh Sarang ialah tiga buah relief Jalan Salib.
Yang pertama terletak di sepanjang tembok bangunan kompleks Gereja Antik St. Maria Puh Sarang .
Yang kedua berada di sekeliling Taman Hidangan Kana. Pada kedua Jalan Salib tersebut, gambar stasi berupa relief batu yang indah.
Jalan Salib yang ketiga tampak istimewa, karena stasi-stasi untuk renungannya berbentuk patung-patung sebesar manusia.
            Kompleks Gereja Puh Sarang ini cukup luas. Masuk gerbang utama, pengunjung dapat menikmati beberapa gapura terbuat dari batu kali yang mengingatkan irama yang ada pada candi-candi Majapahit.
Beberapa bagian lain, termasuk altar gereja, dibalut dari bahan batu bata merah.
Di luar gereja, diantara tembok-tembok batu, dipasang relief-relief dari batu bata merah, menceritakan penderitaan Kristus dalam perjalanan menuju penyaliban.
            Kemudian sambil melintasi jalan sedikit menurun terdapat bangunan Pendopo Emaus atau gedung serbaguna. Bangunan ini setiap hari Minggu digunakan untuk misa, rapat atau pertemuan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan.
            Tetapi di samping Pendopo Emaus terdapat Gua Maria kedua (karena ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan Gua Maria Lourdes).
Gua Maria ini dibuat oleh Romo Emilio Rossi, CM pada tahun 1986, dimana terlihat Bernadett sedang berlutut di hadapan Bunda Maria.
Menyatu dengan gua ini juga dimakamkan Romo Emilio yang meninggal pada tahun 1999.
            Salah satu daya tarik bagi para pengunjung bukan hanya bentuk gua dan kompleks gereja, tetapi juga karena keberadaan 12 pancuran air yang melambangkan 12 Rasul Yesus.
Jika diminum, diyakini sumber air yang berasal dari dalam “perut” gua ini akan memberikan kesegaran jasmani dan rohani.
Memang belum ada penyelidikan dan penelitian resmi mengenai hal ini, tetapi yang terpenting bagi umat merasa terbantu dalam devosinya kepada Bunda Maria.

GUA MARIA LOURDES
            Tempat ziarah Puh Sarang menjadi besar dengan adanya Gua Maria Lourdes, yang merupakan tiruan dari Gua Lourdes di Perancis. Letaknya sekitar 100 meter dari Pendopo Emaus.
Gua Maria ini dibangun pada tanggal 11 Oktober 1998. Tingginya 18 meter dan lebarnya 17 meter. Resmi digunakan pada tanggal 2 Mei 1999, meski bangunan baru selesai 40 persen.
Di sebelah timur gua terdapat patung Pieta, dimana digambarkan Bunda Maria sedang memangku jenazah Yesus. Patung ini mengingatkan kita akan patung serupa yang terdapat di Basilika St. Petrus Roma.
            Tepat di depan Gua Maria Lourdes terdapat tanah lapang yang cukup luas untuk menampung jamaah yang akan melakukan berbagai kegiatan keagamaan.
Mgr. Johannes Hadiwikarta pada 26 Desember 1999 menetapkan Gereja Puh Sarang bukan hanya sebagai salah satu tempat ziarah resmi Keuskupan Surabaya, tetapi juga bagi berbagai daerah di Indonesia.
            Di kompleks Gua Maria Lourdes inilah diteruskan tradisi ziarah Katolik berupa Misa Novena Bunda Maria dan Misa Tirakatan Malam Jumat Legi yang “nges” bagi orang Jawa.
Biasanya umat sudah berkumpul sejak Kamis Kliwon sore untuk menghindari kemacetan di sepanjang jalan menuju Gua Maria Lourdes.
Semua ini dilakukan agar tepat pukul 24.00 WIB para peziarah ini dapat mengikuti doa Rosario yang dilanjutkan dengan perarakan menuju ke Gua Maria Lourdes dan Misa Tirakatan berbahasa Indonesia yang diiringi musik tradisional.
            Di Gua ini terdapat tiga patung Bunda Maria yang unik. Yang pertama berada di Gua Maria di samping kiri Gereja Puh Sarang (dulu pernah hilang dicuri orang dan dibuang, lalu ditemukan kembali). Yang kedua berada di Gua Maria di dekat gedung serbaguna dan yang ketiga di Gua Maria Lourdes.
Patung Bunda Maria di Gua Maria Lourdes ini diberkati oleh Mgr. J. Hadiwikarta Uskup Surabaya pada tanggal 2 Mei 1999.

TIGA PONDOK ROSARIO
            Pondok Rosario merupakan pondok khusus bagi peziarah Katolik untuk berdoa Rosario. Ada tiga pondok yang dibuat berdasarkan misteri hidup Yesus Kristus yang direnungkan dalam doa Rosario, yakni Peristiwa Gembira, Peristiwa Sedih dan Peristiwa Mulia.
            Tempat ziarah Puh Sarang menjadi besar dan terkenal dengan adanya Gua Maria Lourdes, yang merupakan tiruan atau replika dari Gua Lourdes di Perancis, bahkan diakui sebagai yang terbesar di Asia. Patung Bunda Maria di sini dibuat dari batu asli. Di sebelah timur terdapat Patung Pieta, yang menggambarkan Bunda Maria yang sedang memangku jenazah Puteranya Yesus.
            Kompleks Gereja Puh Sarang merupakan suatu usaha untuk menampilkan iman kristiani dan tempat ibadat Katolik dalam budaya setempat.

MAUSOLEUM DAN COLUMBARIUM
            Di Mausoleum (makam) telah dimakamkan para uskup dan room-romo yang berkarya di Keuskupan Surabaya. Selain itu ada juga tempat penitipan abu jenazah (Columbarium) untuk seluruh umat Katolik.
Umat yang ingin menitipkan abu jenazah keluarganya dapat menghubungi Romo Gosal di Keuskupan Surabaya.

BUKIT PERKEMAHAN BUKIT TABOR
            Tempat ini merupakan lokasi perkemahan (Camping Ground) yang dapat digunakan oleh masyarakat  atau kelompok umum. Melalui kegiatan berkemah sambil berziarah, diharapkan dapat meningkatkan olah rohani dan kepribadian generasi muda.

TAMAN HIDANGAN KANA
            Merupakan pusat dari berbagai kios yang menyediakan berbagai keperluan wisatawan dalam berziarah. Di tempat ini pula para peziarah dapat membeli oleh-oleh bagi keluarga atau kerabatnya.

KESAKSIAN
            “Mintalah, maka kamu akan diberi. Carilah, maka kamu akan mendapat. Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Adakah seorang daripadamu memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti atau memberi ular jika ia meminta ikan?
Jadi, jika kamu yang jahat tahu memberi yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu di surga. Ia akan memberi yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya.” (Mat 7:7-11)
            Ibu Beni atau Ibu Paula Maria Hari Purwanti, warga Sidoarum Godean, Paroki Maria Assumpta, Gamping, Yogyakarta mengalami sentuhan kasih Tuhan di Puh Sarang. Pada suatu hari ia sangat tertarik untuk ikut bergabung dengan ibu-ibu di lingkungannya yang hendak berziarah ke Gua Maria Puh Sarang Kediri. Pada saat itu Ibu Beni tampak sehat-sehat saja. Tetapi Ibu Beni sebenarnya sedang mengidap sakit di kaki. Kakinya sering terasa ngilu sekali. Dan sakitnya itu pun pernah diperiksakan ke dokter. Namun dokter tidak memvonis bahwa Ibu Beni mengidap suatu penyakit tertentu. Pernah diduga asam urat, sehingga diberilah ia obat itu. Namun sakitnya tidak juga sembuh. Karena telah bosan Ibu Beni membiarkan saja sakit penyakitnya itu.
            Maka sampai di Puh Sarang Ibu Beni tampak baik-baik saja. Namun pada pemberhentian kesembilan saat berdoa jalan salib, Bu Beni seperti tampak kecapaian dan loyo. Menurutnya pada saat jatuh itu ia tak merasa apa-apa, tahu-tahu jatuh saja. Dan pada pemberhentian keduabelas Bu Beni jatuh lagi dan merasa sangat capai sekali. Itu sebabnya Bu Beni dipapah oleh peserta lain agar bisa menyelesaikan doa jalan salib tersebut. Menurut Bu Beni kalau toh pada pemberhentian keduabelas itu ia dikatakan sempat pingsan, namun ia sendiri tak mengerti apakah itu karena rasa sakit di kakinya atau sebab lainnya.
            Dan setelah doa jalan salib itu, Bu Beni tampak sehat kembali. Maka pergilah Bu Beni mengambil air suci. Kemudian air suci itu dibasuhkannya di kakinya. Tiba-tiba rasa sakit di kakinya hilang lenyap dan ia tidak lagi harus berjalan terpincang-pincang. Bu Beni menjadi heran dan tanpa disadari bahwa dirinya telah disentuh oleh Tangan Kasih Tuhan. Namun ia pun masih bertanya-tanya, apakah benar dirinya telah disembuhkan dari sakit di kakinya yang sering nyeri dan ngilu itu. Namun Bu Beni percaya saja dan merasa keheranan bahwa dirinya disaksikan oleh banyak orang dan peserta ziarah dari rombongannya sendiri. Dan karena girangnya Bu Beni bersyukur kepada Tuhan dengan membagi-bagikan tempat air tersebut pada seluruh anggota ziarah.
            Sesudah tiba di rumahnya, yaitu selang beberapa hari setelah peziarahannya di Gua Maria Puh Sarang, Bu Beni menyatakan bahwa dirinya memang betul telah sembuh. Sebab sampai sekarang pun kakinya sudah tidak sakit lagi. Dengan pengalamannya itu Bu Beni mengaku makin yakin dan makin khusuk berdoa, sambil berharap semoga semakin banyak orang boleh mengalami sentuhan kasih dari Tangan Tuhan meski caranya berbeda-beda. (Sumber: Gua Maria Lourdes Puh Sarang Kediri)

DOA KEPADA BUNDA MARIA DARI LOURDES
             Ya Santa Perawan Maria yang tak bercela, Bunda yang berbelas kasih, jaminan kesehatan bagi yang sakit, pengungsian bagi pendosa, penghiburan bagi yang menderita, engkau tahu segala kebutuhan kami, kesulitan kami dan penderitaan kami: berkenanlah mengarahkan pandangan kami pada belas kasihanmu. Dengan menampakkan diri di gua Lourdes, engkau diizinkan membuat tempat itu suci, dan dari situ pun engkau dapat menyalurkan anugerahmu dan banyak penderita telah memperoleh kesembuhan dari kelemahan dan sakit mereka, baik jasmani maupun rohani.
            Maka kami datang dengan keyakinan penuh seraya memohon dengan perantaraan keibuanmu.
Penuhilah dan kabulkanlah, ya Bunda terkasih, permohonan-permohonan kami. Kami pun akan berusaha keras untuk meniru keutamaanmu agar kami suatu saat dapat menikmati kemuliaanmu, ya Bunda dan memperolehnya dalam keabadian. Amin.




Maskot Gua Maria Keuskupan Jatim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar