Sabtu, 26 Juli 2014

GUA MARIA MARGANINGSIH, BAYAT, KLATEN

GUA MARIA MARGANINGSIH, BAYAT, KLATEN
GUA Maria Marganingsih terletak di Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Marganingsih berarti jalan yang mengalirkan rahmat kasih Allah bagi manusia. Sebab, marganingsih (marga = jalan, clan sih-asih = kasih karunia Tuhan) dalam bahasa Jawa berarti jalan mengalirnya kasih Tuhan lewat Bunda Maria. Keutamaan inilah yang menjadi bahan utama dalam pergumulan setiap peziarah di Gua Maria Marganingsih, yang masuk wilayah stasi Bayat, Paroki Wedi.
Sebenarnya untuk sam­pai bisa menyentuh penga­laman pergumulan bahwa Maria merupakan jalan mengalirnya kasih Allah itu tidaklah mudah. Hal itu diisyaratkan dengan proses peziarah dalam memasuki lokasinya. Bila mau masuk, peziarah harus berhadapan dengan dinding batu yang melapisi hampir setiap ler­eng bukit. Memang hampir seluruh bebatuannya merupakan tiruan dari tangan para perupa. Namun, itu bermakna sebagai pengolahan hidup yang begitu mendalam dan keras. Apalagi ketika mesti menapaki jalan salib. Jalannya cukup mendaki den­gan 14 peristiwa salib Kristus yang terbagi dalam tujuh teras di lereng bukit itu. Dan, masing-masing teras dihubungkan dengan jalan berundak-undak dengan anak tangga.
Usai di penghujung perhentian jalan salib yang terdapat di puncak teras, peziarah diajak turun mena­paki jalan berundak-undak anak tangga lagi. Itulah perjalanan menuju ke gua Maria Marganingsih. Sebelum mencapai Gua Maria, peziarah bisa singgah sejenak di rumah Keluarga Kudus Nazareth. Seraya mengenang keutamaan yang dihayati oleh Yusuf, Maria, dan Yesus. Setelah sejenak memanjatkan doa penyerahan diri kepada Keluarga Kudus Nazaret peziarah dapat leluasa menikmati keheningan doa di hadapan Bunda Maria Marganingsih.
Sejarah Gua Maria Marganingsih berawal dari pengalaman pasutri Max. Somowihardjo dan Maria Margareta Sukepi yang sedang gun­dah. Pasalnya, sudah genap lima tahun mereka menikah tapi belum juga dikaruniai anak. Lalu muncul niat di hati untuk mengetuk pintu rahmat Tuhan. jadilah, keduanya mengadakan ziarah ke gua Maria Sendangsono. Dari Bayat Ice Sendangsono berjarak kira-kira 60 Km suami istri itu nekat berjalan kaki.
Melalui Bunda Maria Sendangsono, pasutri yang menjadi cikal bakal umat Katolik Bayat ini memohon belas kasih Ice hadirat Allah. Hasrat untuk mendapatkan anak sebegitu besar, tak terbendung lagi. Maka, mereka pun berjanji kepada yang ilahi Bila Tuhan berkenan menganugerahi seorang putera, puteranya itu akan mereka persem­bahkan kembali kepada Tuhan.
Dalam perjalanan waktu, suami istri itu terpesona oleh karya agung Tuhan. Seorang putera telah lahir, yang kemudian disusul adik-adiknya sampai genap berjumlah 12 orang: enam laki-laki, enam perempuan. Kebahagian memuncak tatkala putera sulung yang bernama Martinus Soenarwidjaja masuk Seminari dan kemudian menjadi Imam Serikat Yesus. Dan, Tuhan telah berkenan menerima persembahan hidup Romo Soenarwidjaja, SJ pada 2 Februari 2000.
Terdorong rasa kasih dan syukur Bapak Max. Somowihardjo sekitar tahun 1950-an membangun Gua Maria di atas tanah perbukitan. Gua mungil dan sederhana yang berada di antara perdu-perdu liar itu diberi nama Gua Maria Marganingsih. Sejak awal Gua itu dibangun agar bisa digunakan umat untuk beredoa. Maka, keluarga Max. Somowihardjo selalu mengajak umat Katolik di wilayahnya ikut berdoa.
Patung Bunda Maria pernah raib hingga dua kali. Namun, semangat umat setempat tidak surut. Lalu diisilah dengan patung Bunda Maria yang baru dan supaya tidak dicuri lagi untuk ke sekian kalinya Patung itu diberi jeruji besi dan terkunci. Jadilah Bunda Maria dalam kerangkeng.
Di hadapan Bunda Maria yang dikerangkeng itulah umat setempat rajin berdoa dan berdevosi kepada Bunda Maria mengungkapkan segala isi hati mereka. Dan inilah satu-satunya tempat ziarah yang patung Bunda Marianya dikerangkeng.
Max. Somowihardjo telah meninggal. Maka, untuk melanjutkan niat almarhum, pada tahun 1994 dibangunlah tempat ziarah yang lebih memadai serta bisa menampung umat dalam jumlah yang banyak. Pembangunarnya diprakarsai oleh Romo Martinus Sunarwidjaja,SJ dan saudara-saudarinya.
Pihak Keuskupan Agung Semarang menyambut usaha itu dan Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. Ignatius Suharyo berkenan memberkati Gua Maria Marganingsih pada hari Minggu, 27 Oktober 2002.
DOA KEPADA MARIA, BUNDA PENOLONG UMAT KRISTIANI
Santa Perawan Maria yang amat suci dan terkandung tan pa noda dosa, Bunda kami yang lembut dan penolong yang ulung bagi segenap umat Kristiani, kami menyerahkan diri kami
sepenuhnya kepada cinta kasih dan pelayanan sucimu.
Kami mempersembahkan kepadamu pikiran, perasaan, hati dan seluruh perasaan kami, dan segenap jiwa raga kami dan seluruh kekua­tan kami; kami berjanji untuk lebih giat bekerja demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa jiwa. Anugerahilah kami, ya Bunda Maria, umat Kristiani, rasa aman di bawah perlindungan kasih keibuanmu.

Semoga pikiran akan kasihmu melahirkan devosi di kalangan putera-puterimu semakin besar dan membuat kami menjadi pemenang atas musuh-musuh keselamatan kami, baik dalam kehidupan maupun kematian, sehingga kami dapat menghadap hadiratNyo di sorga abadi bersamamu dalam kesatuan dengan Puteramu, Tuhan kami Yesus Kris­tus, kini dan sepanjang masa. Amin


Rombongan karyawan Pt Megamas Menado bersama Pastor Marianus + Pastor Stef Salinda  April 2014

Tahun 2010




Tidak ada komentar:

Posting Komentar