GUA MARIA MARGANINGSIH, BAYAT, KLATEN
GUA
Maria Marganingsih terletak di Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Marganingsih berarti
jalan yang mengalirkan rahmat kasih Allah bagi manusia. Sebab, marganingsih (marga =
jalan, clan sih-asih = kasih karunia Tuhan) dalam bahasa Jawa berarti
jalan mengalirnya kasih Tuhan lewat Bunda Maria. Keutamaan inilah yang menjadi bahan
utama dalam pergumulan setiap peziarah di Gua Maria Marganingsih, yang masuk
wilayah stasi Bayat, Paroki Wedi.
Sebenarnya
untuk sampai bisa menyentuh pengalaman pergumulan bahwa Maria merupakan jalan
mengalirnya kasih Allah itu tidaklah mudah. Hal itu diisyaratkan dengan proses
peziarah dalam memasuki lokasinya. Bila mau masuk, peziarah harus berhadapan
dengan dinding batu yang melapisi hampir setiap lereng bukit. Memang hampir
seluruh bebatuannya merupakan tiruan dari tangan para perupa. Namun, itu
bermakna sebagai pengolahan hidup yang begitu mendalam dan keras. Apalagi
ketika mesti menapaki jalan salib. Jalannya cukup mendaki dengan 14 peristiwa
salib Kristus yang terbagi dalam tujuh teras di lereng bukit itu. Dan,
masing-masing teras dihubungkan dengan jalan berundak-undak dengan anak tangga.
Usai
di penghujung perhentian jalan salib yang terdapat di puncak teras, peziarah
diajak turun menapaki jalan berundak-undak anak tangga lagi. Itulah perjalanan
menuju ke gua Maria Marganingsih. Sebelum mencapai Gua Maria, peziarah bisa
singgah sejenak di rumah Keluarga Kudus Nazareth. Seraya mengenang keutamaan
yang dihayati oleh Yusuf, Maria, dan Yesus. Setelah sejenak memanjatkan doa
penyerahan diri kepada Keluarga Kudus Nazaret peziarah dapat leluasa menikmati
keheningan doa di hadapan Bunda Maria Marganingsih.
Sejarah
Gua Maria Marganingsih berawal dari pengalaman pasutri Max. Somowihardjo dan
Maria Margareta Sukepi yang sedang gundah. Pasalnya, sudah genap lima tahun
mereka menikah tapi belum juga dikaruniai anak. Lalu muncul niat di hati untuk
mengetuk pintu rahmat Tuhan. jadilah, keduanya mengadakan ziarah ke gua Maria Sendangsono.
Dari Bayat Ice Sendangsono berjarak kira-kira 60 Km suami istri itu nekat
berjalan kaki.
Melalui
Bunda Maria Sendangsono, pasutri yang menjadi cikal bakal umat Katolik Bayat
ini memohon belas kasih Ice hadirat Allah. Hasrat untuk mendapatkan anak
sebegitu besar, tak terbendung lagi. Maka, mereka pun berjanji kepada yang
ilahi Bila Tuhan berkenan menganugerahi seorang putera, puteranya itu akan
mereka persembahkan kembali kepada Tuhan.
Dalam
perjalanan waktu, suami istri itu terpesona oleh karya agung Tuhan. Seorang
putera telah lahir, yang kemudian disusul adik-adiknya sampai genap berjumlah
12 orang: enam laki-laki, enam perempuan. Kebahagian memuncak tatkala putera
sulung yang bernama Martinus Soenarwidjaja masuk Seminari dan kemudian menjadi
Imam Serikat Yesus. Dan, Tuhan telah berkenan menerima persembahan hidup Romo
Soenarwidjaja, SJ pada 2 Februari 2000.
Terdorong
rasa kasih dan syukur Bapak Max. Somowihardjo sekitar tahun 1950-an membangun
Gua Maria di atas tanah perbukitan. Gua mungil dan sederhana yang berada di
antara perdu-perdu liar itu diberi nama Gua Maria Marganingsih. Sejak awal Gua
itu dibangun agar bisa digunakan umat untuk beredoa. Maka, keluarga Max.
Somowihardjo selalu mengajak umat Katolik di wilayahnya ikut berdoa.
Patung
Bunda Maria pernah raib hingga dua kali. Namun, semangat umat setempat tidak
surut. Lalu diisilah dengan patung Bunda Maria yang baru dan supaya tidak
dicuri lagi untuk ke sekian kalinya Patung itu diberi jeruji besi dan terkunci.
Jadilah Bunda Maria dalam kerangkeng.
Di
hadapan Bunda Maria yang dikerangkeng itulah umat setempat rajin berdoa dan
berdevosi kepada Bunda Maria mengungkapkan segala isi hati mereka. Dan inilah
satu-satunya tempat ziarah yang patung Bunda Marianya dikerangkeng.
Max.
Somowihardjo telah meninggal. Maka, untuk melanjutkan niat almarhum, pada tahun
1994 dibangunlah tempat ziarah yang lebih memadai serta bisa menampung umat
dalam jumlah yang banyak. Pembangunarnya diprakarsai oleh Romo Martinus
Sunarwidjaja,SJ dan saudara-saudarinya.
Pihak
Keuskupan Agung Semarang menyambut usaha itu dan Bapak Uskup Agung Semarang
Mgr. Ignatius Suharyo berkenan memberkati Gua Maria Marganingsih pada hari
Minggu, 27 Oktober 2002.
DOA KEPADA MARIA, BUNDA PENOLONG
UMAT KRISTIANI
Santa Perawan
Maria yang amat suci dan terkandung tan pa noda dosa, Bunda kami yang lembut
dan penolong yang ulung bagi segenap umat Kristiani, kami menyerahkan diri kami
sepenuhnya kepada cinta kasih dan pelayanan sucimu.
Kami
mempersembahkan kepadamu pikiran, perasaan, hati dan seluruh
perasaan kami, dan segenap jiwa raga kami dan seluruh kekuatan kami; kami
berjanji untuk lebih giat bekerja demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa
jiwa. Anugerahilah kami, ya Bunda Maria, umat Kristiani, rasa
aman di bawah perlindungan kasih keibuanmu.
Semoga pikiran
akan kasihmu melahirkan devosi di kalangan putera-puterimu semakin besar dan
membuat kami menjadi pemenang atas musuh-musuh keselamatan kami, baik dalam
kehidupan maupun kematian, sehingga kami dapat menghadap hadiratNyo di sorga abadi
bersamamu dalam kesatuan dengan Puteramu, Tuhan kami Yesus Kristus, kini dan
sepanjang masa. Amin
Rombongan karyawan Pt Megamas Menado bersama Pastor Marianus + Pastor Stef Salinda April 2014 |
Tahun 2010 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar